We’ve updated our Terms of Use to reflect our new entity name and address. You can review the changes here.
We’ve updated our Terms of Use. You can review the changes here.

Alkisah

by Senyawa

/
  • Compact Disc (CD) + Digital Album

    This CD release will only be available in Thailand. Your country may have a physical release option too - feel free to inquire with us and we can advise.

    Includes unlimited streaming of Alkisah via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.
    ships out within 7 days
    edition of 90 

      $10 AUD or more 

     

  • Streaming + Download

    Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.
    Purchasable with gift card

      $12 AUD  or more

     

  • Full Digital Discography

    Get all 197 tenzenmen releases available on Bandcamp and save 30%.

    Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality downloads of Thai Hardcore split, Pinturas Negras, A Series of Edits, norse/abandoncy split, slaughter, Echo:One, L'ego in un pagliaio, Tape Discography, and 189 more. , and , .

    Purchasable with gift card

      $597.44 AUD or more (30% OFF)

     

1.
Kekuasaan 00:40
Apa arti kuasa bila akhir sudah di ujung mata?
2.
Alkisah I 09:02
Alkisah suatu negeri Porak-poranda dilanda api Terguncang-guncang ia oleh tanah tempatnya berdiri Tanahnya subur tapi hangus Pohonnya banyak tapi tandus Airnya mengalir hulu ke hilir Yang haus pun banyak, tak habis pikir Kiri kanan selatan utara Semua bilang, “negeri itu alangkah kayanya!” “Alangkah sayangnya!” Alkisah suatu negeri Tercerai berai dimangsa dengki Tergonjang-ganjing ia oleh congkak, tamaknya sendiri Rajanya hilang entah kemana Rakyatnya bimbang hilang percaya Oh, saling ribut saling berebut Saling sikut tak ada takut Satu salah satu marah Satu kalah satu berulah “woy, macam betul semua kalian tu. Sudah, sudahah!” “Alangkah sayangnya!”
3.
Menuju Muara 03:06
Bergegaslah menuju muara Tanah basah yang kaya udara Meski selamat pada akhirnya Selain kita akan musnah tak berdaya Menjadi debu, arang, hanyut, terlupakan Menjadi legenda yang lambat laun juga akan punah, hilang terkubur zaman Bergegaslah menuju muara Tanah basah yang kaya udara Di sanalah kita beristirahat Membesarkan anak-anak muda Merawat pahlawan yang terluka Menjaga mata air, menanam akar Menggali parit, menjaring garam Menggambar sejarah, melagukan kehilangan Menyucikan sumpah, memberkati ampunan Bergegaslah menuju muara
4.
Istana 06:55
Mereka bersembunyi begitu jauh setinggi awan Kokoh terbentengi Di sekelilingnya pagar-pagar bertebaran, kepala-kepala manusia-manusia tak bersalah Berserakan nama-nama pejuang Pejuang-pejuang yang dilupakan Di tengah-tengahnya kolam hitam Pekat akan sisa-sisa bangkai perang dan pertikaian Berceceran bekas darah Darah-darah manusia tak bernama Berguguran harapan-harapan Masa depan yang terarah
5.
Kabau 05:42
Anak nelayan mambaok cangkua Mananam ubi di tanah darek Baban sakoyan dapek dipikua Budi saketek taraso barek Anak ikan dimakan ikan Gadang ditabek anak tenggiri Ameh bukan perak pun bukan Budi saketek rang haragoi Anjalai tumbuah di munggu Sugi-sugi di rumpun padi Supayo pandai rajin baguru Supayo tinggi naikkan budi Alu tataruang patah tigo Samuik tapijak indak mati Tarandam-randam indak basah Tarapuang-apuang indak hanyuik Anyuik labu dek manyauak Hilang kabau dek kubalo Anguak anggak geleng amuah Unjuak nan tidak babarikan
6.
Fasih 03:56
Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi menghujat apa-apa yang berbeda paham dari yang kau ikuti Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi memaksa apa-apa harus patuhi satu kebenaran yakni yang kau yakini Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi membungkam, memaki apapun gagasan yang tak sanggup kau mengerti Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi apa-apa harus anut satu arti Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi apa-apa harus dibatasi termasuk imajinasi Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi meremehkan mereka yang berani memilih cara, jalan sendiri Fasih tak menjadikanmu tak fasis Fasih tak menjadikanmu tak layak ma
7.
Alkisah II 06:33
Alkisah suatu negeri Berbagi dunia dengan kita kini Satu sama lain menyahut “saudaraku” Satu sama lain menyebut “dosamu, masa lalu” Tanah kering menjadi hijau merdu Berpupuk kasih dan sabar akan waktu Menjelma duka dan amarah menjadi petuah Menulari mereka yang terjangkit luka yang sama Orang-orang tua dilindungi Ilmu, riwayat, dan segala warisannya Anak-anak muda diberkati Nurani, badan, akal, segala tindakannya Menghormati hujan dan matahari Memberi arti tiap nyawa tanpa kecuali Alkisah, seindah itu suatu negeri Berbeda meski berbagi dunia dengan kita kini Meski negeri itu sudah tak ada lagi Dibantai tamak dibakar benci Terusir hina dari tanahnya sendiri Oleh segala kerendahan hati Yang ditafsirkan berarti kelemahan diri Karena meremehkan mereka Yang tak peduli akan hujan dan matahari
8.
Kiamat 01:16
“Kiamat sudah dekat!”
9.
10.
11.
12.
13.
14.

about

Indonesia's intense, vital experimental duo Senyawa release their newest album Alkisah via a decentralised worldwide co-operative effort. An explosive, exploratory trip through Senyawa’s unique sonics, Alkisah represents these masters of unpredictable experimental music pushing their own boundaries.

“Alkisah” tells a story of a society who disbanded themselves from a collapsing civilization and regroup to build a new one for the future. However, that future may not be there because the impending doom is upon them. What comes after is all that matters.

Instrumentalist Wukir Suryadi performs on his homemade instruments, created from bamboo and other natural materials, offering a rarely explored link between the ancient, traditional, mystical music of South-East Asia and the contemporary avant-garde.

Vocalist Rully Shabara (also of tenzenmen recording artists Zoo) mines the human voice for its strangest and most challenging sounds, chanting, yowling and throat-singing like a chorus of demons in one song and an arcane, chattering machine in the next.

Rhythms skitter and crash around like gamelan, punctuated with trashcan drums or bulging plumbing percussion, while doomier moments (such as “Istana”) crush with seething waves of distortion and Rully’s mesmeric growls (a mix of Javanese, Bahasa, and other Indonesian languages). The record lurches from urgency to apocalypse, a twisting and twining story with animist mythology and hellish atmospherics.

ALKISAH can be translated as ONCE UPON A TIME.

This is that time.

credits

released February 21, 2021

Alkisah is co-released by multiple independent record labels across the globe, in which the labels are given full freedom to design their own version of cover art and packaging, and curate their own remixes/reinterpretations of the album as part of the release.

This decentralized method of music distribution allows the album to be more accessible, while at the same time redefining music exclusivity by sharing its ownership, and empower smaller scattered powers to grow and connect.

SENYAWA
Wukir Suryadi: Custom Instruments
Rully Shabara: Lyrics, Vocals

Recorded and Mixed by Iwan Karak
At Eloprogo, September 2020

Soundscape of Eloprogo recorded by tesaran

Artworks by Sopeng

Minang proverbs on “Kabau” compiled by Taufik Adam

license

tags

about

tenzenmen Mueang Chiang Rai, Thailand

"You've got good taste!"

contact / help

Contact tenzenmen

Streaming and
Download help

Redeem code

Report this album or account

tenzenmen recommends:

If you like Alkisah, you may also like: